Sabtu, 18 Mei 2013

Renungan Islam - Budak Melahirkan Tuannya

Kali ini Toe mau cerita. Sebelumnya, siapkan tissue dulu buat antisipasi kalo kalian nangis. Cerita yang akan Toe ceritakan memang terbilang tragis. Dan sayangnya, cerita ini benar-benar pernah terjadi. Tepatnya di Surabaya. Jadi..., begini ceritanya.




Cerita ini mengisahkan seorang ibu di Surabya, yang memiliki lima orang anak, yang semuanya sudah dewasa dan berkeluarga. Beberapa waktu lalu, suami si ibu ini meninggal dunia. Karena anak-anaknya tak mau mengeluarkan uang untuk membayar pembantu yang akan merawat ibunya, mereka sepakat untuk merawat ibunya secara bergilir. Minggu pertama, si ibu akan bersama anak pertama. Minggu kedua dengan anak kedua, dan seterusnya.

Suatu hari, si ibu mengeluh pada anaknya. Ia lelah karena harus pindah setiap minggu. Bukannya menghibur ibunya, seorang anak malah menyeletuk kasar, "masih untung ibu kami rawat. Kalau tidak, ibu sudah jadi gelandangan di jalanan." Ibu tentu saja terkejut mendengar itu. Dia hanya mampu diam dan menelan pahit ucapan anaknya yang menyesakkan.

Esoknya, anak ketiga mengajak ibu dan keluarga besar untuk berwisata keliling Surabaya. Si ibu semangat ingin ikut. Dia sudah berdandan sangat cantik, tak kalah dengan anak-anaknya yang masih muda. Namun sampai di tugu pahlawan, anak ketiga mengatakan bahwa ia harus cepat-cepat ke kantor karena klien nya menunggu. Si ibu diturunkan dengan alasan takut tak ada tempat untuk kliennya. Dia mengatakan akan segera menjemput ibu. Dan dia juga berpesan agar ibunya tidak beranjak dari tempatnya.

Si ibu menurutinya. Satu jam, dia terus berdiri di tempatnya. Dua jam, anaknya tak kunjung datang menjemput. Ibu itu terus menunggu di sana sampai setengah hari, namun sosok anaknya belum juga muncul. Karena telah dipesani anaknya agar tidak pergi dari tempatnya, si ibu bahkan kencing di celana. Ibu itu tak mau anaknya datang saat ia pergi mencari toilet, dan akhirnya kebingungan mencarinya.

Setelah dua hari menunggu, si ibu diangkut oleh pemerintah dan dibawa ke suatu tempat. Di sana ia dirawat sampai kembali pulih. Si ibu bercerita pada seorang perawat disana, dan memintainya tolong untuk menuju rumah yang ditinggalinya bersama suaminya, dulu.

Alangkah terkejutnya si ibu ketika tahu bahwa rumahnya dulu sudah dirobohkan. Dan di atas puing-puing itu berdiri pertokoan. Yang lebih membuatnya sakit adalah ternyata yang melakukan itu adalah anak-anaknya sendiri. Si ibu yang sakit hati akan perbuatan anaknya, akhirnya tinggal di penampungan itu. Kini, beliau sudah meninggal. Sampai saat sebelum meninggal, tak ada satupun anaknya yang menemuinya. Atau bahkan mungkin, mencarinya. (Insyaallah) sampai saat ini, anak-anaknya tidak tahu bahwa ibunya telah meninggal.


Kasihan ya si ibu :'(
Toe kagum sama ketegarannya. Beliau terus menunggu anaknya yang tak pernah datang. Beliau menuruti permintaan anaknya yang durhaka. Toe juga mau, jadi ibu seperti si ibu ini. Jadi wanita yang kuat dan sabar.
Semoga si ibu diterima di sisinya. Dan untuk anak-anaknya, semoga mereka dimaafkan. Amin. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar